Senin, 31 Oktober 2011

Metode Perhitungan BOR, AVLOS, TOI, BTO, GDR, NDR

Metode Perhitungan BOR, AVLOS, TOI, BTO, GDR, NDR

Kemarin, setelah selesai PKPA dari rumah sakit ada teman anak kedokteran dan perawat yang bertanya. Di tempat praktek kamu, bagaimana pelayanan kesehatan pasiennya? Perhitungan pemakaian tempat tidur pasiennya bagaimana? Metode apa yang digunakan?
Wadduh, dengar pertanyaan itu, akhirnya saya langsung sms pegawai RS tempat saya praktek dan memberikan sedikit gambaran tentang pertanyaan itu.
Akhirnya, saya berinisiatif mencari penjelasan tentang gambaran-gambaran yang diberikan pegawai RS tersebut.

Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit
(BOR, AVLOS, TOI, BTO, GDR, NDR)

     Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap : 
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “
the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “
The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati)
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “
...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰.


Akhirnya, setelah baca penjelasan diatas, bisa ngerti, apa yang ditanyakan teman saya... :)

Sabtu, 15 Oktober 2011

DDD (Defined Daily Dose)

DDD (Defined Daily Dose)

Dapat tugas khusus dari pembimbing tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotika d Rumah sakit dengan menggunakan metode DDD. Apa itu DDD????

Sistem ATC/DDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical, DDD = Defined Daily Dose)
merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat ini telah menjadi salah
satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat. Sistem ini pertama kali
dikembangkan di negara-negara Skandinavia dan dengan cepat dikembangkan pula di hampir
seluruh negara Eropa. Pada tahun 1996 WHO menyatakan sistem ATC/DDD sebagai standar
pengukuran internasional untuk studi penggunaan obat, sekaligus menetapkan WHO Collaborating
Centre for Drug Statistics Methodology untuk memelihara dan mengembangkan sistem ATC/DDD
(Birkett, 2002).
Dengan menggunakan metode ATC/DDD, hasil evaluasi penggunaan obat dapat dengan
mudah dibandingkan. Adanya perbandingan penggunaan obat di tempat yang berbeda sangat
bermanfaat untuk mendeteksi adanya perbedaan substansial yang akan menuntun untuk
dilakukannya evaluasi lebih lanjut ketika ditemukannya perbedaan yang bermakna, yang pada
akhirnya akan mengarahkan pada identifikasi masalah dan perbaikan sistem penggunaan obat
(Bergman, et al., 2004; Jankgnet,et al., 2000).

Rabu, 12 Oktober 2011

Antibiotika dan Ibu Hamil

Antibiotika dan Ibu Hamil

Tait M. Preparat antimikroba. In : Jordan S. Farmakologi kebidanan. Jakarta : EGC, 2004 ; 309-335

Nama Obat
Masalah Potensial
Penjelasan
Kloramfenikol



Klorokuin dan proguanil untuk terapi profilaksis malaria


Eritromisin




Gentamisin





Griseofulvin




Iodine, povidon iodine



Metronidazol




Nitrofurantoin


Nistatin



Organofosfates (mis.Lindane yang kini produksinya dihentikan)




Penisilin, sefalosporin





Rifampisin







Sulfonamid, dapson




Tetrasiklin


Trimetoprim
Kolaps sirkulasi pada neonatus



Risiko teratogenesis dikurangi dengan suplemen folat



Kemungkinan kerusakan hati pada ibu
Risiko gangguan gastrointestinal



Risiko gangguan pendengaran (ibu dan neonatus)




Teratogenesis




Penyakit gondok pada neonatus, hipotiroidisme


Dianggap tidak aman pada pemberian dosis tinggi
Pemberian dosis rendah dianggap aman pada trimester kedua dan ketiga

Hemolisis dan ikterus cenderung terjadi pada kehamilan aterm

Teratogenesis



Diketahui bersifat teratogenik pada binatang




Hipersensitivitas





Teratogenesis



Perdarahan neonatal



Risiko methemoglobinemia, hemolisis dan ikterus



Kerusakan pada tulang dan gigi yang sedang tumbuh

Kemungkinan kerusakan hati pada ibu
Risiko teratogenesis
Menghindari pemberiannya pada trimester ketiga, masa laktasi dan untuk neonatus


Umumnya preparat ini dianggap sebagai program yang paling aman di daerah dengan resistensi obat yang rendah


Mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang realistik jika ibu memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap penisilin


Menghindari pemakaiannya jika mungkin pada keadaan infeksi yang berat, mungkin tidak ada pilihan lain yang sesuai. Pemakaiannya harus dipantau


Menghindari pemakaiannya. Ayah yang potensial harus menghindari obat ini selama 6 bulan sebelum pembuahan atau konsepsi

Menghindari pemakaiannya yang meliputi pemakaian preparat topical ketika dalam keadaan hamil atau laktasi

Menghindari pemakaian dengan dosis tinggi pada kehamilan dan laktasi
Terdapat dengan jumlah yang signifikan dalam ASI

Menghindari pemakaiannya dalam trimester ketiga dan masa laktasi

Absorpsi dari kulit atau traktus gastrointestinal dianggap terlampau kecil untuk menimbulkan masalah

Menghindari pemakaiannya jika terdapat kemungkinan hamil. Absorpsi lewat kulit mungkin terjadi : Jika pasien tidak bisa menghindari penggunaan organofosfat, kenakan sarung tangan

Banyak digunakan. Umumnya dianggap aman
Pabrik pembuatnya menyarankan untuk menghindari pemakaian koamoksiklav pada kehamilan

Mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang realistik untuk TB pada kehamilan


Lakukan pemantauan terhadap janin
Pemberian ekstra vitamin K harus dilakukan pada neonatus

Menghindari pemakaiannya dalam trimester ketiga dan masa laktasi
Pemakaian dapson memerlukan suplementasi asam folat

Menghindari pemakaiannya pada kehamilan dan laktasi

Menghindari pemakaiannya dalam trimester ketiga

Antibiotika

Antibiotika
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain.

 A. Klasifikasi Antibiotika
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi. Artinya obat itu harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia. Berdasarkan sifat aktifitasnya ini, ada antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan ada pula yang bersifat bakterisid.

Bakteriostatik:
Kloramfenikol
Tetrasiklin
Eritromisin
Linkomisin
Klindamisin
Rifampisin
Sulfonamid
Trimetoprim
Spektinomisin
Metenamin mandelat
Asam nalidiksid dan
asam oksolinik
Nitrofurantoin

Bakterisid:
Penisilin
Sefalosporin
Aminoglikosid
Polimiksin
Vankomisin
Basitrasin
Sikloserin

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dibagi dalam 5 kelompok, yaitu :
1. Yang menggangu metabolisme sel mikroba. Termasuk disini adalah : Sulfonamid, trimetoprim, PAS, INH
2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Termasuk disini adalah : Penisilin, sefalosporin, sefamisin, karbapenem,vankomisin
3. Yang merusak keutuhan membran sel mikroba. Termasuk disini adalah : Polimiksin B, kolistin, amfoterisin B, nistatin
4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Termasuk disini adalah : Streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, netilmisin, eritromisin, linkomisin, klindamisin, kloramfenikol, tetrasiklin, spektinomisin
5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Termasuk disini adalah : Rifampisin, aktinomisin D, kuinolon.

Resistensi
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antibiotika. Sifat ini bisa merupakan suatu mekanisme alamiah untuk tetap bertahan hidup. Timbulnya resistensi pada suatu strain mikroba terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih dari mekanisme berikut :
1. Mikroba mensintesis suatu emzim inaktivator atau penghancur antibiotika
2. Mikroba mensintesis enzim baru untuk menggantikan enzim inaktivator/penghancur antibiotika yang dihambat kerjanya
3. Mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis-kompetitif terhadap antibiotika
4. Mikroba membentuk jalan metabolisme baru
5. Permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun untuk antibiotika
6. Perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba